Rabu, 24 April 2013

Cyber War



Cyber war
    Perang di dunia cyber tampaknya semakin menjadi alternatif dari perang sesungguhnya. Barangkali mirip dengan kerangka perang dingin istilah yang populer untuk merujuk  pada ketegangan antara Amerika Serikat dengan (waktu itu) Uni Soviet –“perang via internet” memiliki keunukan tersendiri.  Perang internet seringkali muncul sebagai ungkapan patriotisme yang membela negaranya versi online.
     Keusilan, kenakalan, dan bahkan keahlian, hacker yang tersebar di seluruh dunia mendorong mereka berlaga di arena ini. Hacker kerap kali mencari dan menjadikan target serangan sistem di negara lain, sekaligus sebagai tindakan untuk menjajal kesaktian lawan – lawannya dari negara lain. Dalam kondisi ini, para hacker seringkali bergerak karena nasionalisme terhadap negaranya terusik.
       Intepretasi nasionalisme semacam itu mendorong hacker mengerahkan dan menggunakan segala kemampuannya untuk menerobos, melumpuhkan, dan menyerang pengguna komputer atau sistem keamanan di negara lain. Keberhasilan mereka tidak saja memberikan kepuasan tersendiri, namun sekaligus membuat malu musuh – musuhnya, layaknya perang dingin yang pernah berlangsung antara Amerika Serikat melawan Uni Soviet.
      Dengan demikian, model baru peperangan lewat internet dalam bentuk aksi saling serang modern, yang tidak dibatasi jarak dan waktu, benar –benar terjadi. Model peperangn seperti ini dapat menyebabkan ketakutan yang luar biasa bagi perusahaan besar yang membawa bendera negara-negara yang sedang bersengketa, meskipun sebenarnya mereka tidak tahu apa-apa atau tidak memiliki kepentingan politik.
    Ketakutan tersebut masuk akal, karena terkadang para hacker itu tidak pandang bulu dalam melancarkan serangan-serangannya. Selama berasal dari negeri lawan, maka akan mereka musuhi. Konflik di Timur Tengah yang tak kunjung usai, misalnya, menimbulkan peperangan via internet yang tidak kunjung henti pula, terutama antara Israel dengan Palestina.
     Begitu pula dengan halnya ketika terjadi konflik antara India dengan Pakistan. Dalam kasus perang cyber ini, aksi para hacker Pakistan berhasil membobol situs-situs India. Akibatnya, pada bulan Desember tahun 2000, situs zeetv.com jebol. Selain memasukkan pesan-pesan seputar Kashmir di situs tersebut, sang hacker juga memasukkan beberapa link menuju tulisan-tulisan yang menghujat pemerintah dan angkatan bersenjata India.
       Padahal, sesungguhnya situs zeetv.com sebenarnya bukan milik Zee Telefilms, yang merupakan jaringan televisi terbesar di India., melainkan dimiliki oleh seorang cyber squatter. Dan menurut The Economic Times kala itu, hacker Pakistan itu sebenarnya ingin membobol situs resmi Zee TV, tetapi salah sasaran, atau diistilahkan sebagai “tersesat di hutan Cyber”.
        Pembobol situs ini kemudian diketahui berasal dari kelompok hacker “G-Force”, yaitu salah satu kelompok hacker kondang di Pakistan, sebuah negara yang banyak memiliki pasukan hacker. Kelompo ini tercatat sebagai kelompok hacker yang paling aktif membobol situs-situs India. Situs-situs yang pernah dibobol termasuk situs Kongres Sains India, The Asian Age, Pusat Riset Nasional India, Universitas Pertanian Maharastra, Institut Manajemen Ahemdabad, situd Pemerintah Daerah Gujarat, Glaxo Wellcome, Pusata Desain Elektronik dan Teknologi India, Institut Teknologi Madras, dan situs Promosi Teknologi Informasi Nasional India.
        Sementara itu, situs Internet Lucent Technologi, yang merupakan salah satu perusahaan besar di New Jersey, Amerika Serikat, telah menjadi korban dari keganasan cyberwar. Situs Internet Lucent Technologi dijadikan target para hacker pro-Palestina karena perusahaan tersebut menjalin bisnis dengan Israel. Benz Venske, Direktur Intellegence Production Defense memperkirakan, masih banyak lagi perusahaan Amerika yang masuk di dalam daftar target para hacker pro-Palestina.
     Sementara itu, sebuah aliansi kelompok hacker asal Cina menyerukan untuk menghentikan serang-menyerang yang sedang berlangsung di internet. Hal itu dilakukan setelah cracker asal Cina menyatakan sudah berhasil mendapatkan korban sebanyak 1.000 situs milik Amerika Serikat. Kelompok hacker yang menamakan dirinya “Hongke Union’ tersebut juga menyatakan rasa terima kasihnya kepada hacker Cina maupun hacker lain yang ikut mengambil bagian dalam aktivitas serangan yang ditujukan ke situs-situs tertentu milik Amerika Serikat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar