Cyber
war
Perang di dunia cyber
tampaknya semakin menjadi alternatif dari perang sesungguhnya. Barangkali mirip
dengan kerangka perang dingin istilah yang populer untuk merujuk pada ketegangan antara Amerika Serikat dengan
(waktu itu) Uni Soviet –“perang via internet” memiliki keunukan
tersendiri. Perang internet seringkali
muncul sebagai ungkapan patriotisme yang membela negaranya versi online.
Keusilan, kenakalan, dan
bahkan keahlian, hacker yang tersebar di seluruh dunia mendorong mereka berlaga
di arena ini. Hacker kerap kali mencari dan menjadikan target serangan sistem
di negara lain, sekaligus sebagai tindakan untuk menjajal kesaktian lawan –
lawannya dari negara lain. Dalam kondisi ini, para hacker seringkali bergerak
karena nasionalisme terhadap negaranya terusik.
Intepretasi nasionalisme
semacam itu mendorong hacker mengerahkan dan menggunakan segala kemampuannya
untuk menerobos, melumpuhkan, dan menyerang pengguna komputer atau sistem
keamanan di negara lain. Keberhasilan mereka tidak saja memberikan kepuasan
tersendiri, namun sekaligus membuat malu musuh – musuhnya, layaknya perang
dingin yang pernah berlangsung antara Amerika Serikat melawan Uni Soviet.
Dengan demikian, model
baru peperangan lewat internet dalam bentuk aksi saling serang modern, yang
tidak dibatasi jarak dan waktu, benar –benar terjadi. Model peperangn seperti
ini dapat menyebabkan ketakutan yang luar biasa bagi perusahaan besar yang
membawa bendera negara-negara yang sedang bersengketa, meskipun sebenarnya
mereka tidak tahu apa-apa atau tidak memiliki kepentingan politik.
Ketakutan tersebut masuk
akal, karena terkadang para hacker itu tidak pandang bulu dalam melancarkan
serangan-serangannya. Selama berasal dari negeri lawan, maka akan mereka
musuhi. Konflik di Timur Tengah yang tak kunjung usai, misalnya, menimbulkan
peperangan via internet yang tidak kunjung henti pula, terutama antara Israel
dengan Palestina.
Begitu pula dengan
halnya ketika terjadi konflik antara India dengan Pakistan. Dalam kasus perang
cyber ini, aksi para hacker Pakistan berhasil membobol situs-situs India.
Akibatnya, pada bulan Desember tahun 2000, situs zeetv.com jebol. Selain
memasukkan pesan-pesan seputar Kashmir di situs tersebut, sang hacker juga
memasukkan beberapa link menuju tulisan-tulisan yang menghujat pemerintah dan
angkatan bersenjata India.
Padahal, sesungguhnya
situs zeetv.com sebenarnya bukan milik Zee Telefilms, yang merupakan jaringan
televisi terbesar di India., melainkan dimiliki oleh seorang cyber squatter.
Dan menurut The Economic Times kala itu, hacker Pakistan itu sebenarnya ingin
membobol situs resmi Zee TV, tetapi salah sasaran, atau diistilahkan sebagai
“tersesat di hutan Cyber”.
Pembobol
situs ini kemudian diketahui berasal dari kelompok hacker “G-Force”, yaitu
salah satu kelompok hacker kondang di Pakistan, sebuah negara yang banyak
memiliki pasukan hacker. Kelompo ini tercatat sebagai kelompok hacker yang
paling aktif membobol situs-situs India. Situs-situs yang pernah dibobol
termasuk situs Kongres Sains India, The Asian Age, Pusat Riset Nasional India,
Universitas Pertanian Maharastra, Institut Manajemen Ahemdabad, situd
Pemerintah Daerah Gujarat, Glaxo Wellcome, Pusata Desain Elektronik dan Teknologi
India, Institut Teknologi Madras, dan situs Promosi Teknologi Informasi
Nasional India.
Sementara itu, situs
Internet Lucent Technologi, yang merupakan salah satu perusahaan besar di New
Jersey, Amerika Serikat, telah menjadi korban dari keganasan cyberwar. Situs
Internet Lucent Technologi dijadikan target para hacker pro-Palestina karena
perusahaan tersebut menjalin bisnis dengan Israel. Benz Venske, Direktur
Intellegence Production Defense memperkirakan, masih banyak lagi perusahaan
Amerika yang masuk di dalam daftar target para hacker pro-Palestina.
Sementara itu, sebuah
aliansi kelompok hacker asal Cina menyerukan untuk menghentikan
serang-menyerang yang sedang berlangsung di internet. Hal itu dilakukan setelah
cracker asal Cina menyatakan sudah berhasil mendapatkan korban sebanyak 1.000
situs milik Amerika Serikat. Kelompok hacker yang menamakan dirinya “Hongke
Union’ tersebut juga menyatakan rasa terima kasihnya kepada hacker Cina maupun
hacker lain yang ikut mengambil bagian dalam aktivitas serangan yang ditujukan
ke situs-situs tertentu milik Amerika Serikat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar